Posted by : tulisan kaca marlinara Rabu, 17 April 2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Bahasa Arab merupakan kunci utama yang harus dipelajari atau dikaji dalam mempelajari Al-Qur’an. Oleh karena itu, untuk mengkaji bahasa arab agar mudah di pahami, maka terlebih dahulu harus dimulai dari pembahasan yang mendasar. Maka dengan itu kami mencoba menyusun makalah ini dengan mengambil tema tentang ma’lum dan majhul. Dengan tujuan setelah mempelajari pembahasan tentang Ma’lum dan Majhul diharapkan dapat memahami dan bisamempraktekannya.

1.2.    Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian fi’il ma’lum dan fi’il majhul?
2.    Bagaimana membuat fi’il ma’lum menjadi fi’il majhul?
3.    Bagaimana cara membuat fi’il majhul dari fi’il madhi dan mudhori’?

1.3.Tujuan
         Dari uraian permasalahan di atas, adapun tujuan penulisan makalah yang kami buat  antara lain :
1.      Untuk mengetahui pengertian Ma’lum dan Majhul
2.      Untuk mengetahui cara Membentuk Ma’lum menjadi Majhul.
3.      Untuk mengetahui cara Membentuk Majhul apabila









BAB II
PEMBAHASAN
FI’IL MA’LUM DAN MAJHUL
2.1    Pengertian Fi’il Ma’lum dan Fi’il Majhul

1.    Pengertian Fi’il Ma’lum الفعل المعلوم
Fi’il Ma’lum adalah kata kerja yang disebutkan pelakunya  atau kata kerja yang mengandung makna mengerjakan sesuatau.
Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kata kerja aktif, yang kata kerjanya berawalan me/ber.
Contoh: ahmad membuka pintu : kata “membuka” disebut kata kerja aktif.
Perhatikan contoh berikut:
كَتَبَ مَحَمَّدٌ الدَّرْسَ  : artinya Muhammad menulis pelajaran
Fi’il (:كَتَبَmenulis) adalah fi’il ma’lum (kata kerja aktif) sedangkan Fa’il atau pelakunya adalah Muhammad yang bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni menulis).
Contoh kata kerja aktif lainnya:
                    Membaca :قَرَأَ
                    Mencari    :بَحَثَ
                    Bermain    :لَعِبَ
                    Bertanya   :سَاَلَ

2.    Pengertia Fi’il Majhul الفعل المجهول
Fi’il Majhul adalah kata kerja yang pelakunya tidak disebutkan dalam kalimat, tetapi kata kerja tersebut dibuang karena suatu tujuan berikut :
•    Adakalanya untuk menyingkat karena berpegang kepada kecerdasan pendengar
•    Adakalnya fa’ilnya sudah dimaklumi
•    Adakalnya karena dikhawatirkanter terjadi sesuatu bagi fi’il jika disebutkan
•    Adakalnya penghinaan bagi fa’il sehingga lisanmu saying untuk menyebutkan
•    Adakalnya untuk menghormatinya karena kamu memuliakan sehingga kamu               saying untuk menyebutkannya.jika ia mengerjakan perbuatan semisal yang tidak             patut untuk orang seperti dia.
•    Adakalanya untuk menyamarkan terhadap pendengar.
Sesungguhnya majhul tidak akan terbentuk kecuali dari fi’il muta’addi, dengan  sendirinya contohnya: ضُرِبَ زَيْدٌ         dan majhul itu tidak terbentuk dari yang lazim. Adapun ma’lum terbentuk dari setiap fi’il-fi’il atas kesamaan. Dan bina majhul itu terjadi pada fi’il madhi, dan fi’il mudhori’ saja selain fi’il amr.
2.2     Cara Membuat Fi’il Ma’lum Menjadi Fi’il Majhul
A.    Dalam Bentuk Fi’il Madhi
1.    Bentuk Majhul Untuk Fi’il madhi shohih
Apabila fi’il madhi shohih maka didhamahkan huruf awalnya dan dikasrohkan huruf sebelum akhir, sama saja apakah itu tsulatsi mujarrod, tsulatsi mazid, ruba’I mujarrod, maupun ruba’I mazid.
Contohnya    : نُصِرَ        : tsulatsi mujarrod
        أُكْرِمَ          : tsulatsi mazid
        دُحْرِجَ        : ruba’i mujarrod
        تُدُحْرِجَ        : ruba’i mazid

Pada fi’il madhi yang berawalan huruf “ta” zaidah maka huruf pertama dan keduanya didhamahkan dan dikasrohkan huruf sebelum akhir.
Contohnya  : تَعَلَّمَ    menjadi     تُعُلِّمَ
        تَكَلَّمَ    menjadi        تُكًلِّمَ   
        تَذَكَّرَ    menjadi    تُذُكِّرَ


Pada fi’il madhi yang berawalan dengan “hamzah” washol maka huruf pertama dan huruf ketiganya didhamahkan dan dikasrohkan huruf sebelum akhir.
Contohnya  : اِجْتَمَعَ    menjadi     اُجْتُمِعَ
        اِنْطَلَقَ     menjadi      اُنْطُلِقَ
        اِسْتَخْرَجَ  menjadi    اُسْتُخْرٍجَ

Apabila pada huruf kedua atau ketiga pada fi’il madhi terdapat  tambahan “alif” maka diganti dengan “waw” dan dikasrohkan huruf huruf sebelum akhir.
Contohnya :  قَاتَلَ     menjadi قُوْتِلَ  
        ضَارَبَ  menjadi   ضُوْرِبَ
        تَقَاتَلَ     menjadi   تُقُوْتِلَ
        تَضَارَبَ menjadi    تُضُوْرِبَ.

2.    Bentuk Majhul Untuk fi’il Ajwaf
 Apabila fi’il madhi ajwaf, maka fi’ilnya dikembalika dahulu keasalnya kemudian di majhulkan, karna beratnya pengucapan jadi huruf ‘illatnya diganti dengan “ya” setelah itu disukunkan “ya” nya
  Contonya : قَالَ asalnya قَوَلَ apabila dimajhulkan maka berubah menjadi قُوِلَ karena pengucapannya berat maka hruf “wawu” diganti dengan “ya” kemudian disukunkan maka menjadi قِيْلَ.
Penjelasan lain:
Apabila fi’ilnya berbentuk fi’il mujarod dari fi’il bina’ mu’tal     ‘ain baik yng berupa “wawu” atau “ya” maka ketika akan dibuat menjadi mabni majhul mka fi’ilnya boleh dibaca dengan tiga bahasa yaitu:
Murni dibaca kashroh ini merupakan lughoh atau bahasa yang paling fasyih karena tidak ada unsur berat sama sekali,
Contohnya: ‘ain fi’il yang berupa “wawu” seperti lafadz قِيْلَ yang asalnya قُوِلَ harokat “wawu” berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya maka berubah menjadi قِوْلَ  kemudian “wawu” diganti dengan “ya” karena “wawu” tadi mati dan huruf sebelumnya kasroh, maka menjadi قِيْلَ
‘Ain fi’il berupa “ya” seperti pada lafazh بِيْعَ yang asalnya adalah بُيِعَ harokat “ya” berupa kasroh dipindah pada huruf sebelumnya maka menjadi بِيْعَ.
Murni di baca dhommah merupakan lughah yang lemah. Menurut bahasa bani dubair dan bani fuq’as yang merupakn paling fasiehnya bani ‘asad dan termasuk lughat yang paling lemah karena beratnya dhommah berkumpul dengan wawu
    Contohnya : قُوْلَ dan بُوْعَ.

B.    Dalam Bentuk Fi’il Mudhori’
 Cara merubah fi’il ma’lum menjadi majhul dalam bentuk fi’il mudhari’ yaitu “mendomahkan huruf pertama pada fi’il dan menfatahkan huruf sebelum akhir.
 Contohnya : يَنْزَل      menjadi يُنْزَلُ
                    يَكْتُبُ   menjadi يُكْتَبُ
          يَسْتَغْفِرُ    menjadi يُسْتَغْفَرُ.
Dan jika huruf sebelum huruf akhirnya fi’il mudhari’ itu “waw” dan “ya”, maka dirubah menjadi “alif”
 Contohnya :يَقُوْلُ      menjadi  يُقَالُ
                    يَبِيْعُ   menjadi  يُبَاعُ.

C.    Membentuk Majhul Terhadap Fi’il yang Huruf Sebelum Akhirnya Huruf ‘illat
Apabila di kehendaki untuk membentuk fi’il madhi yang huruf sebelum akhirnya berupa huruf alif menjadi mabni majhul (bila tidak berupa fi’il sudasi),maka huruf alif diganti oleh “ya” atau “wawu”,dan semua huruf yang berharakat sebelumnya (sebelum “ya”) di baca kasrah
    Maka ucapan fi’il    بَاع (menjual)     menjadi  بِيْع  (di katakan)
قَا لَ                                              (berkata)     menjadi  قِيْلَ (di katakan),
maka aslanya adalah:
     بُيِعَ              (di jual)
قُوِلَ                                                    (di katakan )

    Dan bagi fi’il :
اِبْتَاعَ     (menjual)           menjadi   اِبْتِيْعَ  (dijual)              
اِقتَادَ     (menuntun)         menjadi    اِقْتِيْدَ (di tuntun)                      
اِجْتَاح    (membinasakan) menjadi   اِجْتِيْحَ (di binasakan)                   
      Maka  yang aslinya adalah:
قُوْلَ                                           (di katakan )
اُقْتُوِدَ                                                       (di tuntun )
                                                اُجْتُوِحَ   ( di binasakan(

    Apabila fi’il madhi itu terdiri dari enam huruf ,seperti :
اِسْتَتَابَ     ( minta untuk taubat )
اِسْتَمَاحَ     (minta maaf )
Maka  huruf alifnya di ganti degan hutuf “ya”,kemudian huruf hamzanya di dhammah,beserta huruf ketiganya ,dan huruf yang sebelumnya “ya” di kasroh,contoh :
اُسْتُتِيْبَ     (diminta untuk taubat )
اُسْتُمِيْحَ     (diminta ma’af)

    Jika dhamir rafa’, yang berharkat bertemu dengan kata-kata semisal :
سِيْمَ         (dibebani )
رِيْمَ         (dimaksud )
قِيْدَ          (dipimpin )
Dari setiap fi’il madhi mabni majhul yang tsulasi yang ajwaf, jika huruf pertamanya di baca dhammah pada bentuk mabni ma’lumnya semisal :
سُمْتُهُ الآمْرَ         (saya membebankan urusan itu kepadanya )
رُمْتُ الخَيْرَ         (saya bermaksud kebaikan )
قُدْتُ الجَيْشَ         (saya memimpin tentara )
Maka di dalam bentuk majhulnya di kasrohkan,agar supaya bentuk ma’lumnya tidak serupa dengan bentuk majhulnya,maka di katakan menjadi :
سِمْتُ الاَمْرَ          (saya dibebani urusan itu )
رِمْتُ بِخَيْرٍ          (saya dituju dengan kebaikan )
قِدْتُ لِلْقَضَاءِ        (saya dipimpin untuk memutuskan )

    Bila huruf pertama pada mabni ma’lumnya di kasrah,seperti :
بِعْتُهُ الْفَرَسَ        (saya menjualnya kepadanya akan kuda itu )
ضِمْتُهُ              (saya memaksanya )
نِلْتُهُ بِمَعْرُوْفٍ     (saya memperolehnya dengan baik)
Maka bina majhulnya menjadi di dhammah,sehingga  mengucapkannya menjadi
بُعْتُ اْلفَرَس       (saya dijuali akan kuda itu )
ضُمْتُ              (saya di paksa )
نُلْتُ بِمَعْرُوْفٍ     (saya di peroleh dengan baik )

    Dan apabila yang di kehendaki (untuk menjadi majhul) fi’il mudhari’,
yang huruf sebelum huruf akhirnya berupa huruf mad,maka huruf mad tersebut diganti dengan huruf alif,sehingga  mengucapkan dari lafadz :
يَقُوْلُ     (berkata ) menjadi  يُقَالُ      (dikatakan)
يَبِيْعُ     (menjual)  menjadi  يُبَاعُ       (dijual)
Dan dari lafdz :
يَسْتَقْبِلُ          (berjumpa)   menjadi        يُسْتَقْبَلُ     (dijumpai)   
يَسْتَتِيْبُ         (minta untuk taubat )       يُسْتَتَابُ     (di minta untuk taubat )

2.3.    Fi’il – Fi’il yang Selalu Dalam Bentuk Majhul.
Dalam bahasa arab ada fi’il yang selalu (tetap) mabni majhul, diantaranya seperti:
    جُنَّ    : jadi gila
    اُغْمِيَ    : pingsan
    حُمَّ     : kena flu. Dll.




   
BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Fi’il Ma’lum  الفعل المعلوم  ( kata kerja aktif ), Fi’il Ma’lum adalah fi’il yang di sebutkan  fa’ilnya.
      Contoh :
كَتَبَ مُحَمَّدٌ                   (Muhammad telah menulis)
               Fi’il majul adalah fi’il yang failnya tidak disebutkan dalam kalimat. 
     Contoh :
ضُرِبَ عُمَرَ                     ( umar di pukul )
Fi’il majhul di bentuk dari Fi’il ma’lum dengan perubahan:
a).Huruf pertama menjadi dhammah .
b).Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris kasrah untuk fi’il madhy dan menjadi berbaris fathah untuk fi’il mudhari.
Apabila di kehendaki untuk membentuk fi’il madhi yang huruf sebelum akhirnya berupa huruf alif menjadi mabni majhul.(bila tidak berupa fi’il sudasi ),maka huruf alif diganti oleh ya (ى),dan semua huruf yang berharakat sebelumnya (sebelum ى ) di baca kasrah.
Maka ucapan fi’il    بَاع   (menjual),dan  قَالَ     ( berkata) menjadi :
 بِيْعَ     (di jual)
قِيْلَ     (di katakana )
aslanya adalah:
     بُيِعَ              (di jual)
قُوِلَ                  (di katakan )

   






       
       


{ 12 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © Tulisan Kaca Marlinara

Powered By: Blogger| Edited By Coretan Binder Hijau