Posted by : tulisan kaca marlinara Rabu, 17 April 2013



BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Bahasa Arab memegang peranan penting dalam peradaban dan perkembangan Islam karena merupakan bahasa Al-Qur’an dan mengingat banyaknya ilmuwan Islam yang menulis karyanya dengan bahasa Arab. hal tersebut secara tidak langsung menuntut kita untuk mempelajari dan mendalami bahasa Arab, ditambah lagi dengan sangat berkembangnya bahasa Arab saat ini yang menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa Internasional. Bahkan sudah banyak sekolah-sekolah yang menjadikan bahasa Arab sebagai pelajaran wajib dalam kurikulumnya.

 Dalam bahasa Arab, tidak bisa dielakkan lagi bahwa qawaid memegang peranan sangat penting didalamnya. Terutama nahu dan sharaf. Karena qawaid menentukan bagaimana cara kita memahami bahasa tersebut dan membuat orang lain paham dengan apa yang kita ucapkan.

Ilmu sharaf membahas tentang perubahan ditengah kata dari bentuk satu ke bentuk yang lain, dimana pada masing-masing bentuk tersebut mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tanpa ilmu sharaf kita tidak akan bisa memahami bahasa Arab dengan baik.


B.      Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, penulis membahas tentang

1.      Pembagian fiil dari segi jenis hurufnya (fi’il shahih dan mu’tal),

2.      Pembagian fi’il shahih dan penjelasan beserta contoh,

3.      Pembagian fi’il mu’tal dan penjelasan beserta contoh.

C.      Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan agar kita terutama mahasiswa jurusan pendidikan Bahasa Arab dapat lebih mudah memahami Bahasa Arab dengan mempelajari ilmu sharaf yang merupakan salah satu inti dalam bahasa Arab.


BAB II

ISI

FI’IL SHAHIH DAN MU’TAL

(الفعل الصحيح والفعل المعتل)

A.     Pengertian Fi’il Shahih dan Mu’tal

Dipandang dari segi jenis hurufnya fiil terbagi menjadi dua, yaitu :

1.      Fi’il shahih

هوماكانت حروفه الأصول صحيحة و ليست بحروف علة و هي الألف والواو والياء

                        Fi’il shahih adalah fi’il yang huruf aslinya shahih dan bukan huruf ilat (alif,waw dan ya).

                        Contoh : كتب, قرأ, فتح, علم

2.      Fi’il Mu’tal

هوما في حروفه الاصول شيء من حروف العلة

                        Fi’il mu’tal adalah fiil yang huruf aslinya termasuk huruf ilat.

                        Contoh : وعد, يسر, رمى, كان



B.      Pembagian fiil shahih

      Fiil shahih terbagi menjadi tiga, yaitu :

1.      Salim (سالم)

وهو ما لم يكن أحد أحرفه الأصلية أحرفا صحيحة



                        Yaitu fiil yang huruf aslinya bukan huruf shahih[1]

                        Contoh : عقد, فهم, كبر

                        Hukum fiil salim:

ü  Tidak dihazafkan apapun ketika menghubungi dhamir atau ta taknis

ü  Tidak dihazafkan apapun ketika mentasrifkannya ke musytaqnya

ü  Disukunkan huruf akhirnya apabila dihubungi oelh dhamir rafa’ yang berharkat. Contohnya : كتبت

ü  difathahkan huruf akhirnya beserta alif mutsanna, didhammahkan beserta waw jamak dan dikasrahkan beserta ya mukhatabah. Ini adalah harkat yang munasabah. Contohnya : نصرا, نصروا, تنصرين



2.      Mahmuz

وهو ما كان احد حروفه الاصول همزة

Yaitu fiil yang salah satu huruf aslinya adalah huruf hamzah.

Contoh : أخذ, قرأ, سأل

Hukum mahmuz :

ü  Hukum mahmuz ketika dihubungi dhamir sebagaimana hukum fiil salim.

ü  Dihazafkan hamzah pada fiil amarnya untuk meringankan, contohnya : خذ, كل, سل

ü  dihazafkan hamzah (  ارى ) yang terjadi pada ‘ain fiil yang asalnya (ارأى ) pada madhi, mudhari’ dan amarnya serta musytaqnya. Menjadi : ارى, نرى, أر

3.      Mudha’af

وهو في الثلاثي ما كانت عينه ولامه من جنس واحد

Yaitu fiil yang pada tsulatsinya huruf ain dan lam fiilnya sejenis.

Mudha’af terbagi menjadi mudha’af tsulatsi beserta mazidnya dan ruba’i. Mudha’af tsulasi adalah fiil yang ‘ain dan lam fiilnya sejenis. Contohnya : فرّ, مدّ,امتدّ, استمدّ. Sedangkan mudha’af ruba’I adalah fiil yang fa fiil dan lam fiilnya yang pertama sejenis, ‘ain dan lam fiilnya yang kedua juga sejenis. Contohnya : زلزل, عسعس, قلقل.[2]

Hukum mudha’af :

a.      Fiil madhi

ü  Wajib mengidghamkannya apabila dihubungi oleh dhamir rafa’ yang sukun

ü  Wajib menguraikan idgham apabila dihubungi oleh dhamir rafa’ yang berharkat.

ü  Jika ‘ain fiilnya kasrah dan bersandar kepada dhamir yang berharkat, maka boleh dalam tiga bentuk, yaitu:

-          Menyesuaikan kaidah terdahulu, yaitu wajib menguraikan idgham,contoh : ظللت

-          Menghazafkan ‘ain fiilnya dan fa fiilnya tetap kasrah, contoh : ظلت

-          Menghazafkan ‘ain fiil dan memindahkan kasrahnya kepada fa fiil, contoh : ظِلت

b.      Fiil mudhari’

ü  Wajib mengidghamkan apabila dimasuki oleh dhamir rafa’ yang sakin, contoh : يمدان, يمدون, تمدين

ü  Wajib menguraikan idgham apabila dimasuki oleh dhamir rafa’ yang berharkat, contoh : يمددن

ü  Boleh mengidghamkan dan menguraikan nya apabila fiil tersebut dijazamkan dan dimasuki oleh isim zhahir atau dhamir mustatir. Contoh : لم يشدَّ و لم يشدد

c.       Fiil amar

ü  Wajib mengidghamkan apabila dimasuki oleh dhamir yang sakin. Contoh : مدا, مدوا, مدي

ü  Wajib menguraikan idgham apabila dimasuki oleh dhamir yang berharkat. Contoh : امددن

ü  Boleh mengidghamkan dan menguraikannya apabila dimasuki oleh dhamir mustatir. Contoh : مدَّ امدد, خفّ اخفف



C.      Pembagian fiil mu’tal

      Fiil mu’tal terbagi menjadi :

1.      Mitsal

وهوما كانت فاؤه حرف علة

Yaitu fiil yang fa fiilnya adalah huruf ilat.

Contoh : وعد, ورث

Hukum mitsal :

a.      Fiil madhi

Hukum fiil madhi yang mitsal sama dengan hukum fiil salim.

b.      Fiil mudhari’ dan amar

ü  Hukum fiil mitsal ya seperti fiil salim

ü  Hukum fiil mitsal waw adalah wajib menghazafkan waw dengan dua syarat :

-          Madhinya itu tsulasi mujarrad

-          ‘Ain fiil pada mudhari’nya kasrah. Contoh : وثق يثق, وعد يعد

2.      Ajwaf

وهو ما كانت عينه حرف علة.

Fiil yang ‘ain fiilnya adalah huruf ilat

Contoh :  كان, باع

Hukum ajwaf :

ü  Wajib menghazafkan ‘ain fiilnya fiil madhinya dimasuki oleh dhamir rafa’ yang berharkat karena bertemu dua yang sakin. Contoh :

ü  Wajib kasrah fa fiilnya jika sewazan dengan فَعِلَ bila dimasuki oleh dhamir rafa’ yang berharkat. Contohnya : خفت, هبت

ü  Wajib dhammah fa fiilnya yang huruf waw jika sewazan dengan فَعُلَ, contoh : صمت, طبت

ü  Wajib mengkasrahkan fa fiilnya yang huruf ya jika sewazan dengan فعَل, contoh : بعت, طبت

ü  Wajib mendhammahkan fa fiilnya jika sewazan dengan فعُل, contoh : طلت

ü  Wajib menukar huruf ilat dari fiil jika sewazan dengan انفعل و افتعل menjadi alif karena harkatnya dan fathah huruf sebelumnya. Contoh : انقاد ينقاد, اختار يختار

ü  Wajib memindahkan harkat huruf ilat ke huruf sebelumnya pada fiil mudhari’ tsulasi seperti نصر, ضرب , contoh : يَقْوُلُ  menjadi يقُوْلُ, dan يَبْيِعُ menjadi يبيع

ü  Wajib memindahkan harkat huruf ilat ke huruf sebelumnya menjadi alif pada fiil mudhari’ yang tsulasi seperti علم يعلم dan mudhari’ yang wawi seperti افعل واستفعل, contoh : يخْوَفُ menjadi يخوف .

ü  Dihazafkan ain fiil mudhari’nya jika dimasuki dhamir yang berharkat, ini termasuk yang wajib I’lal. Contoh : يقلن و يرعن .[3]

3.      Naqish

وهو ما كانت لام فعله حرف علة

Fiil yang lam fiilnya adalah huruf ilat.

Dikatakan fiil yang naqish karena kurangnya lam fiilnya dari huruf shahih atau dari harkat.

Hukum fiil naqish :

ü  Huruf waw atau ya ditukar menjadi alif apabila berharkat dan difathahkan huruf sebelumnya. Contohnya : غزا و رمى yang asalnya adalah غزو و رمي

ü  Pada fiil madhi tsulatsi mazid, lam fiilnya diganti menjadi waw atau ya menjadi alif, contohnya : أعطى asalnya adalah أعطو, huruf waw diganti menjadi ya, lalu ya diganti menjadi alif karena harkatnya dan difathahkan huruf sebelumnya.[4]

ü  Jika fiil naqis itu adalah fiil madhi yang tsulasi mujarrad dan ain fiilnya di dommahkan serta lam fiilnya adalah waw maka tetap keadannya, contoh: سَرُوَ

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil madhi yang tsulasi mujarrad dan ain fiilnya di dommahkan serta lam fiilnya itu adalah ya, maka huruf ya itu ditukar menjadi waw, karena terletak setelah dommah contohnya : نَهُوَ

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil madhi yang tsulatsi mujarrad dan ain fiilnya di kasrohkan dan lam fiilnya huruf ya,maka tetap keadaanya contohnya :  بَقِيَ

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil madhi yang tsulatsi mujarrad dan ain fiilnya dikasrohkan dan lam fiilnya adalah huruf waw,ditukar menjadi ya karena terletak setelah harkat kasroh contohnya : رَضِيَ

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil madhi yang tsulatsi mujarrad dan ain fiilnya itu difathahkan, maka ditukar lam fiilnya menjadi alif baik asalnya adalah waw atau ya dan itu karena harkat keduanya dan fathah huruf sebelum keduanya, contoh : سَمَا و رَمَى

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil madhi yang bukan tsulatsi, maka ditukar lam fiilnya menjadi alif karena asal harkat sebelumnya adalah fathah, contoh : نَادَى واهتَدَى

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil mudhari’ tsulatsi yang wawi dan harkat sebelum akhirnya adalah dhammah, maka lam fiilnya menjadi waw, contohnya : يَسْرُو يَدْعُو

ü  Apabila fiil naqis itu adalah fiil mudhari’ tsulatsi yang ya-i atau ruba’I dan harkat sebelum akhirnya adalah kasrah, maka lam fiilnya menjadi ya, contohnya :يَرْمِي و يُعْطِي

ü  Apabila fiil naqis itu adalah mudhari’ tsulasi dari bab alima dan fataha atau fiil mudhari’ yang khamis : يَرْضِي و يَتَزَكّى



4.      Lafif

وهو ما كان فيه حرفان من أحرف العلة أصليّان

Yaitu fiil yang didalamnya terdapat dua huruf ilat yang termasuk huruf aslinya.[5]

Lafif juga terbagi 2, yaitu :

ü  Lafif Maqrun :  fiil yang ‘ain dan lam fiilnya huruf ilat. Contohnya : روى .

ü  Lafif Mafruq : fiil yang fa dan lam fiilnya huruf ilat. Dikatakan lafif mafruq karena berkumpul dua buah huruf ilat dengan adanya pembatas antara keduanya. Contohnya : وقى. [6]



5.      Mu’tal fa dan ‘ain,, yaitu fiil yang fa dan ‘ain fiilnya huruf ilat, seperti يين

6.      Mu’tal fa,’ain dan lam. Yaitu fiil yang fa, ‘ain dan lam fiilnya merupakan huruf ilat. Juga dikatakan mu’tal majmu’. Contohnya : واو, ياء. Asalnya adalah ووو, lalu ditukar ‘ain fiilnya menjadi alif karena tidak boleh berkumpul 2 buah huruf ilat yang berharkat dalam satu kata. Begitu juga dengan ياء yang aslinya adalah ييي, ‘ain fiilnya diganti menjadi alif dan huruf ya terakhir diganti menjadi hamzah karena ringan membacanya.[7]





                                       












BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

            Ilmu sharaf merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan ditengah kata dalam bahasa Arab. Dalam kata di bahasa Arab,terdapat huruf-huruf yang menyusunnya sehingga menjadi sebuah kata yang bermakna. Huruf-huruf tersebut ada yang dinamakan huruf shahih dan huruf ‘ilat. Huruf shahih merupakan huruf yang tidak menyebabkan sulitnya atau beratnya dalam membaca kata bahasa Arab, sedangkan huruf ‘ilat merupakan huruf yang dapat membuat kata tersebut menjadi kurang sempurna dari segi tulisan maupun bacaan sehingga dapat membuatnya berbeda dari kaidah asalnya.

          

            Dalam hal ini, fi’il terbagi menjadi fi’il shahih dan mu’tal. Kedua fi’il tersebut juga mempunyai pembagian tersendiri dilihat dari huruf-huruf yang menyusunnya. Fi’il-fi’il tersebut memiliki kaidah-kaidah yang mempunyai ketentuan masing-masing sesuai dengan pengucapan orang Arab.



B.      Saran

            Kita sebagai umat muslim selayaknya berbangga dengan mempelajari bahasa Arab dengan keindahan makna dan susunan katanya. Oleh karena itu, sebagai salah satu inti dari bahasa Arab itu sendiri, kita juga harus mempelajari ilmu sharaf agar mampu memahami bahasa Arab tersebut.

































DAFTAR PUSTAKA



Al-Fadhil, Abdul Hadi, Mukhtashshar Ash-Sharf, Darul Qalam, Beirut.

Al-Ghayalaini, Syekh Musthafa, Jami’ud durus al-Arabiyah, Mansyurat Al-Maktabah Al-‘Ashriyyah, Beirut,1997.

Al-Kailani, Imam Al-Qudwah Ar-Rubani Abi Al-Hasan Ali bin Hisyam, Syarah Kailani, Al-Haramain.

An-Naqrat, Abdullah Muhammad, Asy-Syamil fi Al-Lughah Al-Arabiyah, Libya.

Ibrahim, Abi Fudhail bin Abdul Wahab, Syarah Taftazaani, Al-Haramain, Singapura-Jeddah,Indonesia.



[1] Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, Jami’ud durus Al-Arabiyah, Mansyurat Al-Maktabah Al-‘Ashriyyah, Beirut, 1987,hlm 52

[2] DR.Abdullah Muhammad An-Naqrat, Asy-Syaamil fi Al-Lughah Al-Arabiyah, Libya,hlm 124

[3] DR.Abdul Hadi Al-Fadhil, Mukhtashshar Ash-Sharf,Darul Qalam, Beirut, hlm 86-91.

[4] Al-Imam Al-Qudwah Ar-Rubani Abi Al-Hasan Ali bin Hisyam Al-Kailani, Syarah Kailani,Al-Harmaini,hlm 22-24

[5] Syekh Musthafa Al-Ghalayaini, Jami’ud durus Al-Arabiyah, Mansyurat Al-Maktabah Al-‘Ashriyyah, Beirut, 1987,hlm 53



[6] Abi Fudhail Ibrahim bin Abdul Wahab, Syarah Taftazaani, Al-Haramain, Singapura-Jeddah-Indonesia, hlm 40-41

[7] Al-Imam Al-Qudwah Ar-Rubani Abi Al-Hasan Ali bin Hisyam Al-Kailani, Syarah Kailani,Al-Harmaini,hlm 30

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. Kan ada contoh fi'il naqis اثي - يا ثي , itu kan ada huruf illah (اوي) di lamul fi'ilnya, terus kenapa pas di kalimat لم يأت, huruf illahnya jadi hilang? Mohon penjelasannya yaaa, Syukron

    BalasHapus

- Copyright © Tulisan Kaca Marlinara

Powered By: Blogger| Edited By Coretan Binder Hijau