Posted by : tulisan kaca marlinara Rabu, 17 April 2013



BAB I
PENDAHULUAN

    Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan di dalam al-Quran sendiri Allah menyatakan bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar-benar takut kepada Allah.
    Dialog antara Allah dengan malaikat ketika Allah akan menciptakan manusia, dan malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan  darah, Allah membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan nama-nama.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam praktek mampu mengangkat harkat dan martabat manusia karena malalui ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, nilai-nilai islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.




BAB II
PEMBAHASAN
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

1.    Pengertian IPTEK dan SENI

Berdasarkan sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu pengetahuan mempunyai makna yang berbeda. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui pancaindra. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun, diklasifikasikan, dan diverifikasi sehingga menghasilkan kebenaran objektif dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam Al-Quran ilmu digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan.
Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Perbedaan ilmu pengetahuan dan teknologi terletak pada sudut pandang budayanya karena teknologi termasuk salah satu unsur budaya dan hasil dari penerapan praktis ilmu pengetahuan. Sebuah teknologi dapat berdampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta jika kita atau seorang ilmuan tidak menerapkannya secara fungsional. Sedangkan dampak positifnya berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.
           Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan dalam pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang  kematangan jiwanya terus bertambah.
Islam sebagai agama yang mengandung aturan, moral, aqidah dan syariah, senantiasa mengukur sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, seni yang bertentangan atau  merusak moral, akidah dan
syariat, tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam islam.
2.    Syarat-syarat Ilmu

Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut:
1)    Ontologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang jelas. Obyek studi harus dapat diidentfikasikan, dapat diberi batasan, dapat diuraikan, sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua yaitu obyek material dan obyek formal.
2)    Epistimologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi dan induksi.
3)    Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep terseubut tidak terdapat kerancuan atau kesemerawutan pikiran, atau penetangan kondtradiktif diantara satu sama lainnya.



3.    Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan, karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenarannya bersifat mutlak (absolute) karena bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Maka dari itu tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kjian ulang atau perbaikan kembali. Kedua sumber ilmu tadi akan dijelaskan sebagai berikut:
1)    Sumber ilmu dari Allah SWT atau Wahyu
Ilmu yang bersumber pada agama atau Allah SWT diturunkan kepada manusia melalui para Rasul-Rasul Allah, berupa wahyu Allah yang diabadikan dalam kitab suci masing-masing diantaranya:
a.    Zabur (mazmur), kitab Nabi Daud as.
b.    Taurat (thorah),  kitab Nabi Musa as.
c.    Injil, kitab Nabi Isa al-masih as.
d.    Al-Quranul karim, kitab Nabi Muhammad SAW.
2)    Sumber ilmu dari akal atau Filsafat
Semua ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang ini bersumber dari Filsafat (Philosophia), yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat pada masa itu mencakup pula segala pemikiran mengenai masyarakat. Lama-kelamaan sejalan dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, berbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat, memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing. Dalam islam kita juga mengenal banyak ilmuwan-ilmuwan atau para filosof misalnya, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali adalah tokoh islam dalam bidang ilmu fiqih, Abu Hasan Al Asy'ari adalah tokoh ilmuwan muslim di bidang ilmu tauhid, Imam Ghazali adalah tokoh yang terkenal dalam bidang ilmu tafsir, ilmu fiqih, ilmu filsafat, dan ilmu akhlak, Ibnu Sina adalah tokoh dalam bidang kedokteran dan filsafat, Al Biruni adalah ahli dalam ilmu fisika dan ilmu astronomi, Jabir ibn Hayyan adalah ahli kimia dari kalangan kaum muslimin, Al Khawarizmi di bidang matematika dan Al Mas'udi yang terkenal sebagai ahli geografi serta sejarah.
Dari berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berinduk dari filsafat tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a.    Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Sciences), yang meliputi fisika, kimia, astronomi, biologi, botani dan sebagainya.
b.    Ilmu-ilmu Sosial (Social Sciences), yang terdiri dari sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, hukum dan sebagainya.
c.    Ilmu-ilmu budaya (Humanities), yang terdiri dari cinta kasih, agama, ilmu, budaya, kesenian, bahasa, kesusastraan dan sebagainya.

4.    Integrasi Iman, Ipteks dan Amal

Dalam pandangan Islam, agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan senimempunyai hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem Dienul Islam (agama islam). Dalam Al-Quran surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberian ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu dan amal. Unsur tersebut mengumpamakan bangunan Islam seperti sebatang pohon yang kokoh. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah  pohon  yang  menopang  tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang  pohon  yang  mengeluarkan cabang-cabang  ilmu pengetahuan. Sedangkan teknologi dan seni ibarat buah dari pohon itu. Pengembangan IPTEKS yang terlepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar  keimanan dan  ketakwaan  kepada  Allah akan memberikan  jaminan  kemanfaatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya serta mencerminkan suatu ibadah dalam prektiknya. Semua satu kesatuan tersebut tidak lepas dari sumber-sumber kebenaran ilmiah dimana ada sebuah keterkaitan Al-Quran dan Alam Semesta.

5.    Batasan pengembangan IPTEKS dalam islam
a.    Al-Quran
b.    Hadist
c.    Ijtihad
Orang yang melakukan ijtihadnya dengan benar (para mujtahid) akan mendapat dua pahala.
    Seni akan menjadi haram jika:
a.    Seni suara dan seni musik (membuat orang lupa akan Allah), Al-Khamr (minuman arak) , dan al-qainat (penyanyi cabul).
b.    Seni rupa (gambar, terutama patung), yang ada hubungannya dengan jiwa kemusyrikan dan penyembahan berhala. Pelukisan Tuhan merupakan menyekutukanNya sehingga itu merupakan kesenian yang diharamkan.

6.    Keutamaan Orang Berilmu dan Beramal

Perbuatan baik seseorang tidak akan  bernilai amal shaleh apabila perbuatan tersebut tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya dengan perkembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling utama adalah akal. Dan akal tersebut berfungsi untuk berpikir hasil pemikirannya adalah ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S 58(Al-Mujadalah):11:
دَرَجَاتٍالْعِلْمَأُوتُوا وَالَّذِينَ مِنْكُمْآَمَنُوا الَّذِينَ اللَّهُ يَرْفَعِ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Menurut Al-Gazhali bahwa makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya, tugas utama pendidik adalah menyempurnakannya, membersihkan dan mengiringi peserta didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah swt, melalui perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, para pendidik akan selalu dikenang oleh anak didiknya. Kemudian al-Gazhali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan al-Qur’an as Sunnah, maupun argumentasi secara rasional. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa mengajarkan ilmu bukan hanya  termasuk aspek ibadah kepada Allah swt, melainkan juga termasuk khalifah Allah swt, karena hati orang alim telah dibukakan oleh Allah SWT.
Keutamaan orang yang berilmu menurut Al-Ghazali :
-    Bagaikan matahari, selain menerangi dirinya juga penerang orang lain.
-    Bagaikan minyak kasturi yang selalu menyebarkan keharuman bagi orang yang berpapasan dengannya.

7.    Tanggung jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
Pada hakikatnya manusia dan alam itu satu, dan berada dibawah hokum serta aturan yang satu yaitu hukum alam. Kemudian gunung, daratan, padang pasir, sungai, hutan, danau, semuanya itu hanyalah bagian dari alam saja. Ketika manusia berbuat baik terhadap lingkungannya berarti baik pula terhadap dirinya sendiri, dan sebaliknya. Para ilmuan tidak hanya memegang tanggungjawab terhadap permasalahan sosial namun juga tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Dalam dimensi etis atau religious seorang ilmuan hendaknya tidak melanggar kepatutan berdasarkan keilmuan yang ditekuninya. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu yang dapat merusak kehidupan alam.
Allah memberikan kita alam dengan potensi yang melimpah yang bisakita pakai untuk kebutuhan rohani, kebutuhan lahiriah namun di sisi lain Allah juga memerintahkan kita untuk mengembangkannya, tetap menjaga eksistensinya guna memenuhi kebutuhan anak cucu kita selanjutnya. Mengabdi kepada AllahSWT dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:

a.    Mengabdi langsung kepada Allah (vertikal)

b.    Menjaga hubungan sesama manusia (horizontal)

c.    Dan hubungan kita dengan alam sekitar (diagonal).

Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan khalifah fil ardhi. Essensi dari abdun adalah ketaatan kepada Allah, dan essensi khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya. Manusia sebagai khalifah bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya, mengeksplorasi sumberdaya alam untuk sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu, tanggung jawab kekhalifahan banyak bertumpu pada ilmuwan dan para intelektual yang mampu memanfaatkan sumber daya alam ini.
                       



BAB III
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan dalam Al-Qur‟an adalah proses pencapaian segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra sehingga memperoleh kejelasan. Teknolgi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan yang obyektif. Seni adalah hasil ungkapan akal budi serta ekspresi jiwa manusia dengan segala prosesnya. Seni identik dengan keindahan dimana keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Apabila manusia berlaku  adil dengan semua makhluk  hidup dialam ini, maka disinilah letak kebenaran norma moral yang baik karena manusia hidup tidak hanya untuk beribadah kepada Allah akan tetapi, menjalin hubungan baik kepada sesama manusia dan menjaga hubungan harmonis dengan alam sehingga terdapat hubungan timbal balik yang selaras. Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi danseni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam.
Pengembangan IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusiadan alam lingkungannya. Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu dan amarah. Karena pada dasarnya Manusia mendapat amanah dari Allah sebagai khalifah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan potensinya untuk kepentingan umat manusia. Oleh karena itu perlunya keimanan sebagai pelengkap ilmu dalam penerapannya bukan hanya menghasilkan keuntungan satu sisi saja.

{ 8 komentar... read them below or Comment }

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Terimakasih, sangat membatu saya.. Izin copas yaa...

    BalasHapus
  3. terima kasih, dan sangat bermanfaat
    izin copas y buat tugas blogger

    BalasHapus
  4. Terimakasih alhamdulillah menambah wawasan saya.

    BalasHapus
  5. Izin copas ya, terimakasih banyak

    BalasHapus
  6. terima kasih banyak sudah memperkaya tentang iptek, semoga bermanfaat. terus berkarya!!!

    BalasHapus
  7. terimakasih teh infonya, izin copas ya? ^^ hatur nuhun

    BalasHapus
  8. terimakasih banyak teh, izin copas..

    BalasHapus

- Copyright © Tulisan Kaca Marlinara

Powered By: Blogger| Edited By Coretan Binder Hijau